Internet Addiction
Penulis :
|
Sari Dewi Yuhana Ningtyas
|
Tahun :
|
2012
|
Judul :
|
Hubungan Antara Self Control dengan Internet Addiction Pada
Masiswa
|
Vol. dan Halaman :
|
Vol.1(1) dan Hal. 25-30
|
A.Latar
Belakang
Internet merupakan salah satu media
yang sekarang banyak digemasi dikalangan remaja. Rasa senang yang dirasakan
oleh ara remaja dalam menggunakan internet karena internet menawarkan berbagai
informasi, permainan dan hiburan. Namun banyak diantara mereka yang terkena salah
satu dampak negatif dari penggunaannya. Internet addiction adalah pemakaian
internet secara berlebihan yang ditandai dengan gejala-gejala klinis kecanduan.
Kecanduan internet dapat diketahui dengan tanda-tanda, antara lain remaja
merasa senang dengan internet, durasi penggunaan internet terus meningkat, dan
bosan jika beberahari hari tanpa internet. Internet addiction akan
mengakibatkan kegagalan akademis, menurunkan kinerja, peselisihan dalam
perkawinan bahkan perceraian (Young, 1996b:20).
Kebanyakan orang yang kecanduan
karena merasa mendapatkan kepuasan melalui internet, yang tidak mereka dapatkan
di dunia nyata. Kebanyakan mereka terperangkap pada aktivitas negatif seperti
games, judi dan sex online. Pecandu internet tidak dapat menghentikan
kenginannya untuk online sehingga kehilangan control dari penggunaan internet
dan kehidupannya (Young, 1996b:21). Menurut Chaplin (2001:450) self control
sebagai kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk
menekan, merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsive. Pengguna
internet yang mempunyai self control yang tinggi akan mampu menggunakan
internet sesuai kebutuhan.
B.Metode
Penelitian
Pengumpulan data dari penelitian ini
menggunakan skala self control dengan item yang dibuat adalah 50 item dan skala
yang kedua yaitu skala internet addiction yang dibuat adalah 51 item. Dalam
pengambilan sampel menggukan teknik proportional sampling.
C.Hasil
Populasi dalam penelitian ini adalah
Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES semester 5 tahun 2010/2011 sejumlah
639 orang. Subjek penelitian ditetapkan untuk diambil 10% dari 639 yaitu 65
mahasiswa. Hasil penelitian menunjukan variable self control tergolong rendah
yaitu 93,85% yang artinya mahasiswa kurang mampu mengontrol perilaku atau
tindakan yang baik terhadap internet. Variabel internet addiction tergolong
tinggi yaitu 96,92% hal ini berarti mahasiswa mengalami kecanduan terhadap
internet. Hasil penelitian menujukan adanya hubungan negatif anatara self
control dengan internet addiction yang di tunjukan dengan korelasi product
moment r= -0,752 dengan signifikasi atau p= 0,0000 dimana p<0,01 .
D.Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat
disimpulakan bahwa self control terhadap internet addiction berada pada
katergori rendah yang berarti mahasiswa kurang mampu mengontrol perilaku
bermain internet secara berlebihan dan kurang mampu mengambil keputusan yang
cukup baik terhadap internet.
E.Saran
Diharapkan lebih memperhatikan factor-faktor yang mempengaruhi
kedua variable,baik dari factor internal maupun eksternal. Hendaknya ditambah
metode observasi dan wawancara untuk menunjang hasil yang lebih sigbifikan dan
lebih berbobot.
JURNAL
Dewi
Yuhana Ningtyas, Sari. 2012. Hubungan Antara Self Control Dengan Internet
Addiction Pada Mahasiswa. Volume 1(1) Hal.25-30
#Pinternet : Review Jurnal
Dampak Positif dan Negatif Penggunaan Internet
Penulis :
|
Astutik Nur Qomariah
|
Judul :
|
Perilaku Penggunaan Internet pada Kalangan Remaja di Perkotaan
|
A.Latar
Belakang
Di era modern sekarang ini tidak
asing lagi untuk kita mendengar kata internet. Banyaknya manfaat yang ada pada
internet membuat media informasi dan komunikasi ini semakin diterima dan
dibutuhkan oleh masyarakat dunia. Tidak terkecuali di Indonesia, pentingnya
penggunaan internet semakin di sadari oleh masyarakat dari berbagai kalangan.
Internet sangat memberikan kemudahan bagi penggunanya, beragamnya akses mulai
dari informasi sampai hiburan dari seluruh penjuru dunia bisa dilalui hanya
dengan satu pintu saja. Tingginya tinggkat kebutuhan masyarakat terhadap
internet membuat meluasnya pula para penyedia akses internet terutama di
kota-kota besar Indonesia mulai dari sekolah,perpustakaan dan tempat-tempat
umum lainnya. Namun kehadiran internat juga dapat memberikan dampak buruk bagi
penggunaya. Yang jelas terlihat adalah item-item asusila yang tak bermoral yang
dapat dengan mudah diakses dijaringan internet.
Salah
satu pengguna yang paling banyak terpengaruh oleh dampak internet adalah
pengguna dari kalangan remaja. Kurangnya filter terhadap internet membuat
meraka cenderung mudah terpengaruh terhadap lingkungan sosial tanpa
mempertimbangkan efek positif dan negatif yang mereka terima saat melakukan
aktivitas internet tertentu. Terkait dengan penggunaan aktivitas internet
dikalangan remaja perkotaan di Indonesia, fasilitas internet yang paling sering
dipergunakan adalah chatting, emailing, browsing dan downloading. Aktivitas ini
sangat jauh dari penggunaan internet sebagai sumber informasi dan bahan penyelesaian
tugas. Banyak pihak sekolah yang merasa dilema karena merasa khawatir siswa-siswinya
terkena dampak negatif dari internet, namun sekarang internet sudah mulai masuk
dan diterima disekolah-sekolah terbukti dengan adanya materi Teknologi
Informasi dan Komunikasi, penggunaan internet oleh para siswa lebih bisa
diperhatikan dan dikontrol dalam mengakses situs yang ada di internet. Terlepas
dari pentingnya pemanfaatan internet dalam pendidikan, kini semakin terlihat
tingginya minat dikalangan remaja perkotaan dalam menggunakan internet.
B.Metode
Penelitian
Penelitian ini menggukan pendekatan
kuantitatif dengan format survey. Metode pengambilan sempel yang digunakan
adalah sempel acak, dengan teknik pengambilan sempel sistematis dan teknik
pengumpulan data adalah data primer (kuisioner dan teknik ”probing”) , sekunder
(data yang diperoleh dari institusi terkait), studi perpustakaan dan observasi.
C.Hasil
Subjek penelitian ini terdiri dari
96 orang yang berlokasi di SMP dan SMA daerah kecamatan genteng wilayah
Surabaya Pusat, yakni SMP Negeri 37 Surabaya, SMP IMKA/YMCA-I Surabaya, SMA
Negeri 5 Surabaya dan SMA Trisila Surabaya. Berdasarkan data yang diperoleh
dari hasil penelitian diketahui bahwa frekuensi internet yang sering digunakan
responden (68 orang/ 70,8%) sebanyak 1-2 kali/minggu.Lalu untuk lam penggunaan
internet tiap kali reponden mengakses adalah >1 jam sampai dengan < 2 jam
dengan jumlah responden 54,2%. Namun hasil penelitian ini belum mampu
menggambarkan kecenderungan intensitas penggunaan internet dikalangan remaja
perkotaan. Oleh karena itu, peneliti akan menganalisa lebih lanjut.
Dari analisa ini diketahui bahwa
frekuensi responden paling sering dalam menggunakan internet adalah di rumah
dengan durasi paling lama >=4 jam setiap kali akses internet,dengan jumlah
responden 81,8%. Dapat disimpulkan bahwa pada umumnya remaja perkotaan di
Surabaya memliki koneksi internet dirumahnya ini digolongkan heavy users. Bagi
responden yang mengakses internet di warnet mengaku bahwa frekuensi penggunaan
internet 1-2 kali/minggu dengan durasi >3 jam sampai dengan <4 jam dan
dikategorikan sebagai medium users. Sementara responden yang mengakses internet
di sekolah frekuensi penggunaan internet 1-2 kali/minggu dengan durasi <1
jam. Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa remaja perkotaan di Surabaya
tergolong Light users.
D.Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa frekuensi
internet yang digukan bagi remaja perkotaan yang sering mengakses internet
dirumah cenderung lebih sering durasi denga durasi setiap kali mengakses
ditempat lain. Dari jumlah waktu pengguana internet perbulan menujukan bahwa
remaja perkotaan yang mengakses internet dirumah dikategorikan heavy
users(>40 jam/bulan). Sedangkan remaja diperkotaan yang mengakses di warnet
dan memanfaatkan wifi di area public dikategorikan sebagai medium users(10-40
jam/bulan) dan remaja perkotaan yang mengakses internet diselokah tergolong
light users(>10 jam/bulan).
E.Saran
Hadirnya internet memang sangat
banyak memberikan manfaat pada penggunanya terutama pada kalangan kemaja selain
sebagi sumber dalam menyelesaikan tugas internet dan sumber informasi, internet
juga memberikan hiburan. Hiburan inilah yang seharusnya menjadi perhatian semua
pihak untuk meminimalisir terpengaruhnya remaja dari dampak negatif penggunaan
internet. Orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam mengawasi dan
mengontrol penggunaan internet pada remaja. Kurang pengetahuan orang tua
terhadap internet membuat anak lebih rentan terkena dampak negatif dari
internet karena anak dapat dengan mudahnya mengakses situs-situs huburan
seperti game online, chatting hingga situs pornografi yang membuat internet
jauh dari media untuk pendidikan dan mengurangi manfaat dari internet itu
sendiri.
JURNAL
Nur
Qomariah, Astutik. Perilaku Penggunaan Internet pada Kalangan Remaja
diPerkotaan.
#Pinternet : Review Jurnal
Psikoterapi Via Internet
Penulis :
|
Erna Erawati
|
Tahun
:
|
2012
|
Judul :
|
Studi analisis terhadap penggunaan psikoterapi : terapi metakognitif via website yang dapat
digunakan sebagai terapi spesialis keperawatan jiwa pada klien skizofrenia.
|
A.Latar
Belakang
Saat ini teknologi informasi terus berkembang dan menjadi
suatu kebutuhan. Perkembangan teknologi informasi juga merambah dalam area
aplikasi psikoterapi. Aplikasi ini dapat digunakan dalam praktik psikiatrik, psikologi,
maupun keperawatan jiwa. Pemanfaatan media informasi seperti website, teleconference,
videoconference, call center yang
memudahkan praktisi kesehatan untuk memberikan
layanan kesehatan. Saat ini telah hadir website yang memberikan
kemudahan akses baik bagi praktisi kesehatan maupun klien khususnya untuk
terapi metakognitif. Lebih dari 65.000 web dan
ratusan pengguna terapi yang mengakses, tersedia dalam 30 bahasa yang berbeda
tanpa dipungut biaya dan dapat dilihat dalam website http://www.uke.de/mkt . Terapi metakognitif merupakan salah satu bentuk
pengembangan terapi yang berfokus pada kognisi sosial dan persepsi emosi
(Teiford, 2008). Terapi metakognitif bertujuan mengubah
infrastruktur kognitif. (Moritz, 2010). Terapi ini ditujukan pada
klien skizofrenia dengan tujuan untuk mempertajam kesadaran klien skizofrenia dalam mengatasi
bias kognitif.
Target dalam terapi metakognitif seperti halnya dalam terapi
kognitif perilaku yaitu gejala psikotik tetapi melibatkan aspek infrastruktur
kognitif dalam pembentukan waham. Klien diajarkan tentang koping alternatif dan
strategi memproses informasi. Terapi metakognitif
merupakan suatu intervensi yang dapat dilakukan baik individu maupun kelompok
untuk meningkatkan kesadaran akan bias kognitif yang dialami klien skizofrenia
yang dimanifestasikan dalam bentuk waham dengan memberikan
gambaran akan kejadian-kejadian yang membentuk pemikiran waham dan menyampaikan
strategi kognitif untuk melawan (Moritz, et
al, 2011).
B.Metode Penelitian
Penelitian
pertama pada 40 responden yang mengalami skizofrenia yang diambil secara
acak, hasilnya terapi metakognitif terbukti secara signifikan mengurangi gejala
positif seperti rasa bosan berkurang, lebih bahagia, lebih bisa berinteraksi dengan orang
lain. Penelitian kedua dilakukan pada 30 pasien secara acak dengan menggunakan
terapi metakognitif kelompok, hasilnya dengan menggunakan skala Positive and Negative Syndrome Scale (PANSS)
terjadi perubahan skor secara bermakna (d = 0.43) dan JTC juga mengalami
penurunan (d=0.31). Hal ini membuktikan bahwa terapi metakognitif kelompok
mampu menurunkan intensitas waham dengan
menggunakan skala PANSS maupun Psychotic Symptom
Rating Scales (PSYRATS).
Penelitian mengenai
efektifitas penggunaan terapi metakognitif dilakukan di India oleh Kumar (2010)
yang membandingkan kelompok yang mendapatkan terapi metakognitif dibandingkan
yang tidak hasilnya terjadi penurunan secara bermakna dalam skala PANSS dan PSYRATS pada kelompok intervensi
dibanding kelompok kontrol (d =
0.68). Kerstan (2009) melakukan penelitian dalam 2 bulan antara pre dan post
pada 18 pasien, hasilnya dibandingkan dengan kelompok kontrol, ternyata untuk
kelompok intervensi menunjukkan perubahan yang signifikan dalam PSYRAT terutama
dalam delusional distress, memori dan kualitas kehidupan. Di Belanda,
Mizrahi, et al. (2006) melakukan penelitian pada 29 pasien skizofrenia, pada
kelompok MCT secara signifikan terjadi penurunan pada skala PSYRATS (p = 0.01).
C.Hasil
Hasil penelitian
di berbagai negara terapi ini efektif digunakan
pada klien skizofrenia dengan waham dan halusinasi dengan menunjukkan penurunan intensitas
waham dan halusinasi dalam skala PANSS dan PSYRATS.
D.Kesimpulan
Pesatnya perkembangan teknologi dalam penerapan psikoterapi terutama terapi
metakognitif yang dapat digunakan sebagai terapi dalam menangani klien
skizofrenia dengan waham menjadi perhatian penting bagi pelayanan kesehatan jiwa.
Dengan teknologi ini tidak hanya
memberikan alternatif untuk dalam
penyampaian terapi pada klien skizofrenia dengan waham, tetapi juga memberikan
keuntungan bagi terapis dan juga dapat dipergunakan sebagai informasi untuk membantu penerapan psikoterapi khususnya terapi metakognitif baik di bidang
psikologi, kedokteran dan
keperawatan jiwa.
E.Saran
Sebaiknya jurnal ini lebih
menggunakan metode penelitian yang lebih variatif agar mendapatkan jawaban
ataupun hasil yang lebih berbobot atau akurat dari penelitian yang dilakukan.
JURNAL
Erawat, Erna. 2012. Studi
analisis terhadap penggunaan psikoterapi
: terapi metakognitif via website yang dapat digunakan sebagai terapi spesialis
keperawatan jiwa pada klien skizofrenia.