Kamis, 18 Januari 2018

Mindtools

APLIKASI PSIKOLOGI KOGNITIF SAINS dalam TI 

A.      Mindtools
1.         Definisi Mindtools
Mindtools adalah alat bantu belajar yang menyediakan sejumlah fasilitas atau fungsi yang dapat dipakai untuk digunakan siswa dalam memfungsikan cara berpikirnya sehingga dapat optimal. Mindtools adalah aplikasi komputer yang bila digunakan oleh peserta didik untuk mewakili apa yang mereka ketahui, tentu melibatkan mereka dalam berpikir kritis tentang konten yang sedang mereka pelajari (Jonassen, 1996).
Menurut Jonassen dan David (dalam Kovalchick dan Dawson, 2003) mindtools berawal dari penggunaan komputer tradisional seperti drill and practice, tutorial, dan aplikasi lain dimana peserta didik memiliki sedikit sampai tidak ada samasekali masuk ke dalam proses. Mindtools memfasilitasi pembelajaran yang bermakna dan berfikir kritis.
Menurut Merentek (2012) mindtools adalah sebuah alat bantu dalam proses belajar dimana menyediakan sejumlah fasilitas atau fungsi yang digunakan oleh siswa dalam memfungsikan cara berpikirnya sehingga dapat lebih optimal.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa mindtools adalah sebuah alat bantu untuk belajar yang bisa memfasilitasi siswa untuk berfikir kritis  sehingga cara berfikir siswa dapat lebih optimal.

2.      Fungsi Mindtools
Menurut Doering dan Veletsianos (2009) fungsi mindtools adalah untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan dalam memecahkan masalah atau mungkin memberikan kesempatan untuk berlatih memecahkan berbagai macam permasalahan.

3.      Komponen Mindtools
Menurut Sherman (dalam Doering dan Veletsianos, 2009) terdapat tiga komponen penting dari mindtools, diantaranya:
a.       Pengakuan atas tujuan (kesempatan untuk memecahkan masalah)
b.      Proses (urutan aktivitas fisik atau kegiatan)
c.       Aktivitas mental (operasi kognitif untuk mencapai solusi)

4.      Pendekatan Mindtools
Menurut Doering dan Veletsianos (2009) ada dua pendekatan utama mindtools, yaitu:
a.       Content-area skills
Beberapa software pemecahan masalah berfokus pada pembelajaran keterampilan terutama pada matematika dan ilmu pengetahuan.
b.      Content-free skills
Beberapa pendidik merasa bahwa secara umum kemampuan pemecahan masalah dapat diajarkan secara langsung dengan instruksi tertentu dan berlatih dalam strategi komponen dan subskills (misalnya, mengingat fakta, membagi masalah ke dalam urutan tahapan, atau memprediksi hasil). Lainnya menyarankan menempatkan siswa ke dalam lingkungan pemecahan masalah dengan beberapa pelatihan dan bimbingan, membiarkan mereka mengembangkan heuristik mereka sendiri untuk menyerang dan memecahkan masalah.

5.         Kelebihan Mindtools
Menurut Doering dan Veletsianos (2009) terdapat beberapa kelebihan mindtools, yaitu :
a.         Meningkatkan minat dan motivasi siswa agar lebih mungkin untuk berlatih memecahkan masalah dalam kegiatan yang mereka anggap menarik dan memotivasi
b.        Membuat pengetahuan dan keterampilan lebih bermakna kepada siswa karena mereka menggambarkan bagaimana dan di mana informasi berlaku untuk masalah yang sebenarnya.

6.      Kekurangan Mindtools
Doering dan Veletsianos (2009) menjelaskan bahwa terdapat beberapa kekurangan mindtools, yaitu :
a.       Names versus skills
Software menggunakan banyak istilah dan makna yang tidak jelas untuk menggambarkan pemecahan masalah.
b.      Software claims versus effectiveness
Cukup sulit menemukan software yang efektif yang membantu memecahkan masalah tertentu.
c.       Possible negative effects of directed instruction
Terkadang tidak cocok dengan beberapa jenis kemampuan yang dimiliki siswa.

7.      Karakteristik Mindtools
Terdapat beberapa karakteristik mindtools menurut Doering dan Veletsianos (2009), yaitu:
a.       Alat untuk membantu siswa memecahkan masalah
b.      Permasalahan untuk membantu mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
c.       Kesempatan untuk berlatih dalam memecahkan masalah

8.      Kriteria Mindtools
Terdapat beberapa kriteria Mindtools menurut Doering dan Veletsianos (2009), yaitu:
a.       Menantang, format yang menarik
b.      Link yang jelas untuk mengambangkan secara khusus keterampilan atau kemampuan pemecahan masalah

9.     Kelas-kelas Mindtools
Menurut Jonassen (1996) mindtools terdiri dari beberapa kelas, diantaranya:
a.         Semantik Organisasi Perangkat
Alat organisasi semantik membantu peserta didik untuk menganalisis dan mengatur apa yang mereka ketahui atau apa yang mereka belajar. Dua alat organisasi semantik yang paling terkenal adalah database dan jaringan semantik (peta konsep) alat.
b.        Alat Pemodelan yang Dinamis
Sementara alat organisasi semantik bantuan peserta didik untuk mewakili hubungan semantik antara ide, alat pemodelan dinamis membantu peserta didik untuk menggambarkan hubungan dinamis antara ide-ide. Dinamis  alat pemodelan termasuk spreadsheet, sistem pakar, alat-alat pemodelan sistem, dan microworlds, antara orang lain.
c.         Informasi Interpretasi Alat
Volume dan kompleksitas informasi tumbuh pada tingkat yang mencengangkan. Peserta didik perlu alat yang membantu mereka untuk mengakses dan memproses informasi. Sebuah kelas baru pencarian informasi cerdas mesin memindai sumber informasi, seperti World Wide Web, dan menemukan sumber daya yang relevan untuk peserta didik. Alat-alat lain, untuk membantu peserta didik memahami apa yang mereka temukan.
d.        Pengetahuan Konstruksi Peralatan
Papert telah menggunakan istilah "konstruksionisme" untuk menggambarkan proses konstruksi pengetahuan yang dihasilkan dari membangun hal. Ketika peserta didik berfungsi sebagai desainer objek, mereka belajar lebih banyak tentang benda-benda dari mereka akan dari belajar tentang mereka.
e.         Alat Percakapan
Teori yang lebih baru dari pembelajaran menekankan sosial serta sifat konstruktivis dari proses pembelajaran. Dalam pengaturan dunia nyata, kita sering belajar dengan negosiasi makna sosial, tidak dengan menjadi  diajarkan. Berbagai lingkungan komputer-didukung sinkron dan asynchronous yang tersedia untuk mendukung proses negosiasi sosial ini. Telekomunikasi online termasuk percakapan hidup, seperti Chatting, MOOs, dan MUD dan konferensi video, dan diskusi asynchronous, termasuk elektronik mail, Listservs, papan buletin, dan komputer konferensi.

Kamis, 30 Juni 2016

Group Therapy


Terapi Kelompok 
    Menurut Direktorat Kesehatan Jiwa Terapi Kelompok adalah psikoterapi yang dilakukan pada sekelompok klien bersama-samadengan jalan berdiskusi satu sama lain dipimpin oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwayang terlatih. Sedangkat menurut Deborah Atai Otong terapi kelompok adalah perawatan modalitas untuk lebih dari satu orang yang menyediakan hasil yang terapeutik untuk individu.  Terapi kelompok adalah bentuk terapi yang melibatkan satu kelompok dari pertemuan yang telah direncanakan oleh seorang terapis yang ahli untuk memfokuskan pada satu atau lebih dalam hal :
1.        Kesadaran dan pengertian diri sendiri.
2.        Memperbaiki hubungan interpersonal.
3.        Perubahan tingkah laku.
Judih Haber menyatakan bahwa terapi kelompok adalah proses keperawatan teurapeutik yang dilakukan dalam kelompok. Jadi dapat disimpulkan bahwa Terapi kelompok merupakan metoda pekerjaan sosial yangmenggunakan kelompok sebagai media proses pertolongan profesional. Maksudnya ialah individu-individu yang mengalami masalah sejenis disatukan dalam kelompok penyembuhan dankemudian dilakukan terapi dengan dibimbing atau didampingi oleh seorang atau satu tim petugas kesehatan.

Tujuan Terapi Kelompok
Tujuan Umum :
1.        Meningkatkan kemampuan uji realitas
2.        Membentuk sosialisasi
3.        Meningkatkan fungsi psikologis : meningkatkan kesadaran tentang hubungan antara reaksiemosional dengan perilaku defensive
4.        Membangkitkan motivasi bagi kemampuan fungsi kognitif dan afektif 
Tujuan Khusus :
1.        Meningkatkan identitas diri
2.        Menyalurkan emosi
3.        Keterampilan hubungan social
Tujuan Rehabilitatif :
1.        Meningkatkan kemampuan hidup mandiri
2.        Soialisasi di tengah masyarakat
3.        Empati
4.        Meningkatkan pengetahuan problema hidup dan penyelesaian.

Idikasi dan Syarat Terapi Kelompok 
Indikasi :
1.      Klien Psikotik seperti kecemasan, panik, depresi ringan
2.      Klien yang mengalami stress dalam kehidupan penyakit / kematian.
3.        Klien dengan masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
4.        Klien dengan gangguan keluarga, ketergantungan, dan sejenisnya.



Dartar Pustaka
Pramudani. Terapi kelompok. https://www.scribd.com/doc/134480041/Terapi-kelompok. Diakses pada 29 Juni 2016.

Family Therapy

Family Therapy
Menurut Kartini Kartono dan Gulo dalam kamus psikologi, family therapy adalah suatu bentuk terapi kelompok dimana masalah pokoknya adalah hubungan antara pasien dengan anggota-anggota keluarganya. Oleh sebab itu seluruh anggota keluarga dilibatkan dalam usaha penyembuhan. Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga.
Tujuan terapi keluarga oleh para ahli dirumuskan secara berbeda. Bowen menegaskan bahwa tujuan terapi keluarga adalah membantu konseli untuk mencapai individualis, membuat dirinya menjadi hal yang berbeda dari system keluarga. Sedangkan Minuchun mengemukakan bahwa tujuan terapi keluarga adalah mengubah struktur dalam keluarga dengan cara menyusun kembali kesatuan dan menyembuhkan perpecahan yang terjadi dalam suatu keluarga.

Terapi keluarga didasarkan pada teori system terdiri dari tiga prinsip, yaitu:
1.        Kausalitas sirkular, artinya peristiwa beerhubungan dan saling bergantung bukan ditentukan dalam sebab satu arah efek perhubungan.
2.   Ekologi, system hanyan dapat dimengerti sebagi pola interaksi, tidak sebagai kumpulan dari bagian komponen. Dalam system keluarga, perubahan perilaku salah satu anggota akan mempengaruhi yang lain
3.      Subjektivitas, artinya tidak ada pandanagn yang objektif terhadap suatu masalah, tiap anggota keluarga mempunyai persepsi sendri dari masalah keluarga.

Berikut ini beberapa teknik yang dapat digunakan oleh terapis keluarga meliputi:
1.        Pemeragaan, memperagakan ketika maslah itu muncul.
2.        Homework, menumpulkan seluruh anggota keluarga agar saling berkomunikasi.
3.  Family Sculpting, cara untuk mendekatkan diri dengan anggota keluarga yang lain dengan cara nonverbal.

4.        Genograms, cara yang bermanfaat untuk mengumpulkan dan mengorganisasi informasi tentang keluarga genogram adalah sebuah diagram terstruktur dari system hubungan tga generasi keluarga. Diagram ini sebagai roadmap dari system hubungan keluarga. Hal ini berarti memahami masalah dalam bentu grafik.

Daftar Pustaka
Somaryati., Sri, A. (2013). Family therapy dalam menangani pola asuh orang tua yang salah pada anak slow learner.  Jurnal bimbingan dan konseling islam, 1(3), 17-35.

Rabu, 06 April 2016

Behaviorisme


Konsep Dasar Teori Belajar Behavioristik
Menurut teori behavioristik, belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang dapat diamati secara langsung, yang terjadi melalui hubungan stimulus-stimulus dan respon-respon menurut prinsip-prinsip mekanistik (Dahar, dalam Rusuli 2004).
Behavioris berkeyakinan bahwa setiap anak manusia lahir tanpa warisan kecerdasan, warisan bakat, warisan perasaan dan warisan yang bersifat abstrak lainnya (Syah,dalam Rusuli, 2004) dan menganggap manusia bersifat mekanistik, yaitu merespon terhadap lingkungan dengan kontrol yang terbatas dan mempunyai peran yang sedikit terhadap dirinya sendiri.
Dalam hal ini konsep behavioristik memandang bahwa perilaku individu merupakan hasil belajar yang dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasikan kondisi-kondisi belajar dan didukung dengan berbagai penguatan (reinforcement) untuk mempertahankan perilaku atau hasil belajar yang dikehendaki (Sanyata, dalam Rusuli, 2004). Semuanya itu timbul setelah manusia mengalami kontak dengan alam dan lingkungan sosial budayanya dalam proses pendidikan. Maka individu akan menjadi pintar, terampil, dan mempunyai sifat abstrak lainnya tergantung pada apakah dan bagaimana ia belajar dengan lingkungannya.
Dalam hal ini Sumadi Suryabrata (dalam Rusuli,2004)  memberikan ciri-ciri teori behavioristik sebagai berikut:
a.       Perkembangan tingkah laku seseorang itu tergantung pada belajar.
b.      Mementingkan bagian-bagian atau elemen-elemen, tidak keseluruhan.
c.       Mementingkan reaksi dan mekanisme “Bond”, refleks dan kebiasaan-kebiasaan
d.      Bertinjauan historis, artinya segala tingkah lakunya terbentuk karena pengalaman dan latihan

Model-Model Teori Belajar Behavioristik

1. Connectionisme atau Bond-Psychology (Trial and Error)
Teori ini dipelopori oleh Thorndike (1874-1949) dengan teorinya connectionisme yang disebut juga dengan trial and error. Dari eksperimen Thorndike ini, bisa diambil tiga hukum dalam belajar, yaitu:
1.      Law of readiness adalah hukum kesiapan
2.      Law of exercise adalah hukum latihan, merupakan generalisasi dari law of use dan law of disuse, yaitu jika perilaku itu sering dilatih atau digunakan, maka eksistensi perilaku tersebut akan semakin kuat (Law of use). Sebaliknya, jika perilaku tadi tidak dilatih, maka perilaku tersebut akan menjadi bertambah lemah atau tidak digunakan sama sekali (law of disuse). Dengan kata lain, belajar akan berhasil apabila banyak latihan atau ulangan.
3.    Law of effect, yaitu jika respon menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan antara stimulus dan respon akan semakin kuat. Sebaliknya, jika respon menghasilkan efek yang tidak memuaskan, maka semakin lemah hubungan antara stimulus dan respon tersebut.

2. Classical Conditioning (Pembiasaan Klasik)
       Di Rusia Ivan Pavlov (1849-1936) juga menghasilkan teori belaja Classical Conditioning (Pembiasaan Klasik). Teori ini dihasilkan berdasarkan pada eksperimen terhadap anjing. Kesimpulan dari eksperimen Pavlov di atas adalah apabila stimulus yang diadakan (CS) itu selalu disertai dengan stimulus penguat (US), maka stimulus tadi (CS) cepat atau lambat akhirnya akan menimbulkan respon atau perubahan yang dikehendaki (CR). Adapun cara menghilangkan refleks-refleks bersyarat ini melalui proses pensyaratan kembali (Reconditioning, hereconditioning). Dalam hal ini, proses belajar berdasarkan eksperimen Pavlov tunduk pada dua hukum, yaitu:
1.      Law of Respondent Conditioning adalah hukum pembiasaan yang dituntut
2.      Law of Respondent Extinction adalah hukum pemusnahan yang dituntut


Daftar Pustaka

Rusuli, I. (2004). Refleksi teori belajar behavioristik dalam persepektif islam. Majelis Pendidikan Daerah Aceh. Jurnal Pencerahan, 8(1), 38-54.


Kamis, 24 Maret 2016

Clien Center Therapy


Pendekatan Clien Center Therapy
Pendekatan konseling Client Centered difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh. Klien sebagai orang yang paling mengetahui dirinya sendiri, adalah orang yang harus menemukan tingkah laku yang lebih pantas bagi dirinya sendiri.
Karena seperti yang telah diketahui bahwa konseling Clien-Centered atau Client Centered Theory sering pula dikenal sebagai teori nondirektif dimana tokoh utamanya adalah Carl Rogers. Rogers adalah seorang empirisme yang mendasarkan teori-teorinya pada data mentah, ia percaya pentingnya pengamatan subyektif, ia percaya bahwa pemikiran yang teliti dan validasi penelitian diperlukan untuk menolak kecurangan diri (self-deception), (Corey (dalam terjemahan E. Koswara, 1988: 198).
Client centered menurut Pieter & Lubis (2010:279) adalah pendekatan konseling yang menekankan fungsi dan peran klien dalam menjelaskan masalah, merefleksi diri, atau perasaan. Terapis mendengarkan secara aktif dari apa yang disampaikan klien. Penerapan konseling ini ditunjukkan pada klient agar mengambil sikap aktif dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah.
Jadi konseling Client Centered merupakan suatu pemberian bantuan kepada konseli untuk memahami diri dan mengambil keputusan sendiri. Dalam konseling client centered ini, klient diharapkan lebih mampu untuk aktif dalam mencari solusi untuk pemecahan masalahnya. Dan klien diberikan kesempatan untuk penyelesaian permasalahannya sendiri, secara mandiri tanpa harus tergantung dengan orang lain, karena dalam proses konseling Client Centered klien yang paling mengetahui dirinya sendiri, jadi klien yang harus menemukan tingkah laku yang lebih pantas bagi dirinya. Namun dalam konseling ini kenselor hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan klient agar klien bisa mengambil keputusannya sendiri.

Kelebihan dan kelemahan
Teori Konseling Client-Centered memiliki kelebihan dan juga kekurangan.

Kelebihan Clien Center Therapy
Pemusatan pada klien dan bukan pada therapist, identifikasi dan hubungan terapi sebagai wahana utama dalam mengubah kepribadian,lebih menekankan pada sikap terapi daripada teknik, memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuantitatif,Penekanan emosi, perasaan, perasaan dan afektif dalam terapi,menawarkan perspektif yang lebih up-to-date dan optimis,klien memiliki pengalaman positif dalam terapi ketika mereka fokus dalam menyelesaiakan masalahnya, klien merasa mereka dapat mengekpresikan dirinya secara penuh ketika mereka mendengarkan dan tidak dijustifikasi.

Kekurangan Client Center Therapy
Kekurangan dari teori konseling client-centered ini yaitu terapi berpusat pada klien dianggap terlalu sederhana, terlalu menekankan aspek afektif, emosional, perasaan, tujuan untuk setiap klien yaitu memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas dan umum sehingga sulit untuk menilai individu, tidak cukup sistematik dan lengkap terutama yang berkaitan dengan klien yang kecil tanggungjawabnya, sulit bagi therapist untuk bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal,terapi menjadi tidak efektif ketika konselor terlalu non-direktif dan pasif. Mendengarkan dan bercerita saja tidaklah cukup, tidak bisa digunakan pada penderita psikopatology yang parah, minim teknik untuk membantu klien memecahkan masalahnya.

Teknik-teknik dalam Clien Center Therapy
Konseling client-centered memiliki berbagai teknik diantaranya:
  • Menerima
  • Keselarasan (congruence)
  • Pemahaman
  • Mampu mengkomunikasikan sifat-sifat khas ini
  • Hubungan yang membawa akibat
  • Teknik permisif.


Daftar Pustaka

Damayanthi, N. P. W., Sedanayasa, G., Antari, N. N. M. (2014). Penerapan konseling client centered dengan teknik self understeanding untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas VIII B2 SMP Negeri 2 Sawan tahun ajaran 2013/2014. Universitas Pendidikan Ganesha. E-jurnal pendidikan Universitas Ganesha. 2(1).
Windayani, K. V., Dharsana., Suranata. (2014). Penerapan konseling clien-centered dengan teknik permisif untuk meningkatkan harga diri siswa kelas IIS2 SMA Negeri 2 Singaraja. Universitas Pendidikan Ganesha. E-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling. 2(1)

Mindtools

APLIKASI PSIKOLOGI KOGNITIF SAINS dalam TI  A.       Mindtools 1.          Definisi Mindtools Mindtools adalah alat bantu belajar ...