PSIKOLOGI MANAJEMEN
REVIEW FILM LEADERSHIP
KELOMPOK
KENANGA :
3PA02
Mita Sahara (15513516)
Prita Saraswati (16513935)
Rani Septiyan Utami (17513288)
Ria Indah Ristianti (17513549)
Tia Oktaviani (18513881)
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leadership atau kepemimpinan adalah kemampuan
mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah
laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam
bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau
kelompok. Dimana kami akan mengangkat gaya kepemimpinan seorang Ir.Soekarno
pada saat ia menjabat sebagai presiden nomer 1 di Indonesia dalam Film yang
berjudul Soekarno.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
gaya kepemimpinan seorang Is.Soekarno ?
2.
Apa
saja ciri-ciri kepemimpinan demokratis dan otoriter?
1.3 Tujuan
Agar
pembaca memahami apa gaya kepemimpinan seorang Ir.Soekarno pada saat sebelum
hingga menjabat sebagai presiden dalam film Soekarno karya Hanung Bramantyo.
2.1
Review Film
Dimulai dengan kisah kelahiran Soekarno
dari pasangan Raden Soekemi Sosrodiharjo (diperankan Sujiwo Tejo) dan Ida Ayu
Nyoman Rai (diperankan Ayu Laksmi). Soekarno kecil memiliki nama Kusno
Sosrodiharjo, namun karena selalu sakit-sakitan maka sang ayah yang berlatar
belakang Muslim dan Kejawen memutuskan untuk mengganti namanya melalui tradisi
selamatan dengan nama baru, Sukarno (diperankan Emir Mahira).
Film beralih mengisahkan kehidupan
Sukarno pada masa remaja (14 tahun) saat mana dia memasuki Hoogere Burger
School (HBS) dan tinggal bersama Oemar Said Cokroaminoto, pimpinan
organisasi Syarikat Islam di Surabaya.Sukarno kerap mendengar pidato-pidato
Cokroaminoto yang menggelegar mengritisi sistem kolonialisme. Petikan pidato
Cokroaminoto yang inspiratif, “Marilah kita menjadi tuan-tuan atas dirinya
sendiri!”. Sukarno remaja terlibat percintaan dengan seorang remaja
Belanda, namun oleh karena perbedaan status sebagai bangsa penjajah dan bangsa
jajahan, maka remaja Sukarno mendapatkan perlawanan keras dari keluarga sang
gadis. Mendapat perlakuan diskriminatif dan pelarangan ini, remaja Sukarno
bereaksi keras.
Remaja Soekarno (diperankan oleh
Aryo Bimo) telah bertumbuh menjadi seorang pemuda yang aktif dalam kegiatan dan
pidato-pidato politik menentang dan mengritisi sistem kolonialisme yang
membelenggu Indonesia.Setamat di Technische Hoge School (sekarang ITB),
Sukarno muda mendirikan Partai Nasional Indonesia.Sukarno telah memiliki
istri yang setia mendampingi perjuangan politik dalam suka dan duka bernama
Inggit Garnasih (diperankan Maudy Koesnaedy).Dia adalah ibu kost Sukarno yang
sudah menjanda, saat Sukarno masih kuliah awal di Bandung dan kemudian menjadi
istri Sukarno.Peranan Inggit cukup menonjol dalam film ini sebagai seorang
perempuan yang setia mendampingi Sukarno saat dirinya menghadapi masa-masa
sulit baik ketika di penjarakan di L.P. Sukamiskin Banceuy maupun saat di buang
ke Pulau Ende.Kesetiaan Inggit bukan hanya dalam pendampingan melainkan
mengeluarkan pembiayaan atas perjuangan politik Sukarno.
Diceritakan pula pidato politik Sukarno menimbulkan
kemarahan Belanda sehingga harus dijebloskan penjara Banceuy (1929).Dalam
penjara, Sukarno tidak berdiam diri dan terus membaca serta menganalisis yang
dituangkan dalam tulisan-tulisan.Saat sidang Landraad di Bandung (1930),
Sukarno membacakan pledoinya dengan cemerlang dan berapi-api yang kelak
dibukukan dengan judul Indonesia Menggugat.Dalam pidatonya, Sukarno
menyatakan bahwa dirinya tidak bersalah dikarenakan mengritisi sistem kolonialisme
dan membeberkan secara argumentatif.Pidatonya menggegerkan dunia internasional
khususnya pemerintahan Belanda dan pada 31 Desember 1931, Sukarno dibebaskan
sebelum masa tahanannya selesai. Akibat aktifitas politiknya paska pembebasan
dari penjara dengan mendirikan Partai Indonesia (Partindo) dan memimpin majalah
partai yang radikal dengan namaFikiran Ra’jat, ahirnya pemerintahan
Belanda membuang Sukarno ke Ende, Flores (1933). Namun karena sakit malaria,
kemudian Sukarno dipindahkan ke Bengkulu (1938).
Kehidupan Sukarno saat berada di pembuangannya di
Bengkulu.Sehari-hari dia mengajar di sekolah Muhamadiyah. Di Bengkulu inilah
Sukarno terlibat asmara dengan salah satu muridnya bernama Fatmawati
(diperankan oleh Tika Bravani), murid yang cantik dan cerdas serta kerap
bertanya di kelas. Inggit yang semula menerima keberadaan Fatmawati sebagai
anak angkat mulai gerah dan bereaksi keras saat Soekarno menyatakan hendak
memperistri Fatmawati.Pertengkaran kerap terjadi dalam rumah tangga Soekarno
akibat kekecewaan Inggit dan ketidakbersediaannya untuk menjadi madu karena di
polgami.
Jepang saat itu mulai memasuki wilayah Indonesia khususnya
Jawa (1942) dan membawa perubahan radikal dan sistemik dalam kehidupan sosial
dan politik Bangsa Indonesia saat masih dijajah oleh Pemerintahan Belanda.Pemerintahan
Jepang mendekati Soekarno untuk mendukung propaganda Jepang yaitu 3 A yang
terdiri dari Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia.
Karena propaganda tersebut tidak berhasil, Jepang kemudian menarik perhatian
rakyat Indonesia dengan mendirikan tentara PETA (Pembela Tanah Air).Namun
pendirian PETA ini dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh pergerakan untuk menjadi
pasukan yang kelak dipakai untuk melakukan perlawanan terhadap Jepang dan
menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia.Tentara Pembela Tanah
Air dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943 berdasarkan maklumat Osamu Seirei
No 44 yang diumumkan oleh Panglima Tentara Ke-16, Letnan Jendral Kumakichi
Harada.
Soekarno kembali ke Jakarta (9 Januari 1942) oleh
pemerintahan Jepang. Dalam satu percakapan antara Sukarno dan Sakaguchi
(diperankan Ferry Salim) perwira Jepang, terlontar pernyataan, “Walanda
(Belanda) yang memenjarakan Anda namun Nipong (Nippon) membebaskan….!”,
seraya meninggalkan Sukarno dan mengambil obor yang dipegangnya. Di Jakarta,
Sukarno bertemu dengan teman-teman perjuangannya yaitu Muhamad Hatta
(diperankan oleh Lukman Sardi) dan Syahrir (diperankan Tanta Ginting). Soekarno
tinggal di rumah yang disediakan pemerintahan Jepang.Namun di Jakarta inilah,
saat Soekarno menerima kebebasan dari pembuangan, Inggit pun menuntut kebebasan
untuk tidak menjadi istri Sukarno dengan menuntut cerai.Tahun 1942, Soekarno
bercerai dengan Inggit dan sekaligus menikah dengan Fatmawati dan melahirkan
putra pertamanya bernama Guntur Sukarno Putra.
Soekarno, Hatta, Syahrir kerap terlibat diskusi dan
perdebatan dalam melawan pemerintahan Jepang. Sukarno memilih jalan kooperasi
(kerja sama) sementara Syahrir memilih jalan perlawanan fisik melalui PETA.
Hatta berdiri netral sambil memberikan apresiasi terhadap kedua pandangan
sahabat-sahabatnya itu.
Tanggal 8 September 1944, bendera Merah Putih diijinkan
berkibar namun hanya di wilayah Jawa saja. Saat itu pemerintahan Jepang
telah memberikan hadiah kemerdekaan kepada Bangsa Indonesia namun
pemerintahan Jepang di Indonesia tidak segera melakukan penyerahan melainkan
mempersiapkan teknis secara bertahap melalui panitia persiapan kemerdekaan
Indonesia.
Situasi Jepang paska pemboman Hiroshima dan Nagasaki
diketahui oleh Syahrir melalui siaran radio yang dipasang secara rahasia di
rumahnya.Kondisi ini membuat Syahrir mendesak agar Soekarno dan Hatta mengambil
alih situasi dan menolak pemberian hadiah kemerdekaan oleh Jepang dan segera
memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.Sukarno dan Hatta berbeda pendapat dengan
Syahrir.Mereka ingin kemerdekaan diproklamirkan melalui prosedur yang telah
dipersiapkan, sekalipun oleh pemerintahan Jepang.Hal ini menimbulkan kemarahan
Syahrir dan para pemuda yang sudah tidak sabar menginginkan kemerdekaan
Indonesia diproklamirkan secepatnya.Para pemuda sempat menculik Soekarno dan
Hatta, sekalipun bukan atas petunjuk Syahrir.
Dalam
situasi genting ini, akhirnya Soekarno dan Hatta berhasil ditemukan dan
terjadilah rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau PPKI adalah panitia yang bertugas
untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, sebelum panitia ini terbentuk,
sebelumnya telah berdiri BPUPKI namun karena dianggap terlalu cepat ingin melaksanakan
proklamasi kemerdekaan, maka Jepang membubarkannya dan membentuk Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Iinkai (Komite
Persiapan Kemerdekaan) pada tanggal 7 Agustus 1945 yang diketuai oleh Ir.
Soekarno. Pada tanggal 1 Juni 1945, sebuah persidangan di Volksraad telah
membicarakan berbagai usulan Dasar Negara yang pada akhirnya pidato Sukarno
mengenai Dasar Negara diterima dengan nama Pancasila.
Film ini ditutup dengan kisah heroik dan mengharukan saat
naskah Proklamasi dibacakan dan bendera merah putih buatan Fatmawati
dikibarkan.Bangsa Indonesia bersorak dan bersukacita atas kebebasan yang
diproklamirkan, Inggit yang menenun sepi di Bandung pun turut bergembira atas
berita kemerdekaan ini.Indonesia baru telah ditandatangani dan diproklamirkan,
sebuah pintu masuk menuju jembatan emas – sebagaimana tulisan Soekarno- baru
saja dimulai.
2.2 Analisis Film
Seorang
Soekarno memimpin di dalam sebuah organisasi maupun pemerintahan, menunjukkan
perannya yang sentral sebagai seorang pemimpin sejati, sebagai seorang
inspirator, idealis dan sebagai simbol perjuangan rakyat dalam menegakkan
negara yang berdaulat yang dapat dijadikan sebagai panutan. Akan tetapi,ia
akhirnya dijadikan kambing hitam atas peristiwa yang mengakibatkan kekacauan
politik di masa akhir kepemimpinannya. Dan gaya yang diterapkannya jelas
menunjukkan bahwa Soekarno merupakan tipe pemimpin yang demokratis dengan
mengedepankan semangat persatuan di atas kepentingan golongan, kelompok, ras,
suku, agama. Serta ia juga selalu membuat kebijakan bersama dengan cara membuat
rapat dengan bawahan-bawahannya dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia,
Kepemimpinan
demokratis adalah pemimpin yang menghargai karakteristik dan kemampuan yang
dimiliki oleh setiap anggota organisasi.Pemimpin yang demokratis menggunakan
kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi untuk menggali dan mengolah gagasan
bawahan dan memotivasi mereka untuk mencapai tujuan bersama. Pemimpin
demokratis dengan ciri-ciri sebagai berikut :
- Wewenang
pimpinan tidak mutlak
- Pimpinan
bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
- Keputusan
dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
- Kebijakan
dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
- Komunikasi
berlangsung timbal-balik antar pimpinan dan bawahan
- Pengawasan
terhadap sikap, tingkah laku perbuatan atau kegiatan bawahan dilakukan
secara wajar
- Prakarsa
dapat datang dari pimpinan maupun bawahan
- Banyak
kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan atau
pendapat
- Tugas
tugas kepada kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan
daripada instruktif
- Pujian
dan kritikan seimbang
- Pimpinan
mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas kemampuan masing
masing
- Pimpinan
meminta kesetiaan bawahan secara wajar
- Pimpinan
memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
- Terdapat
suasana saling percaya, saling hormat menghormati dan saling harga
menghargai
- Tanggung
jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama pimpinan dan bawahan
Akan tetapi
juga ada yang menilainya sebagai pemimpin yang bertipe otoriter karena terkesan
memaksakan kebijakan pemerintahannya kepada lembaga legislatif pada saat itu.Kepemimpinan
otoriter adalah pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang
diambil dari dirinya sendiri secara penuh.Segala pembagian tugas dan tanggung
jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan
hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan. Pemimpin otoriter denngan
cir-ciri sebagai berikut :
- Wewenang
mutlak terpusat pada pimpinan
- Keputusan
selalu dibuat oleh pimpinan
- Kebijakan
selalu dibuat oleh pimpinan
- Komunikasi
berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
- Pengawasan
terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan, atau kegiatan para bawahanya
dilakukan secara ketat
- Prakarsa
harus selalu datang dari pimpinan
- Tiada
kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat
- Tugas-tugas
bagi bawahan diberikan secara instruktif
- Lebih
banyak kritik daripada pujian
- Pimpinan
menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
- Cenderung
adanya paksaan, ancaman dan hukuman
- Kasar
dalam bertindak
- Kaku
dalam bersikap
- Tanggung
jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan
Sebagai
seorang pemimpin sejati soekarno mampu membawa arah perjuangan tetap konsisten
meskipun banyaknya rintangan yang dihadapinya.Dapat dijadikan contoh ketika
beliau berkali-kali dipenjara oleh pemerintahan kolonial, beliau tetap tegar
bahkan semakin lantang dalam menentang penjajahan sampai memperoleh
kemerdekaannya. Dalam hal sebagai inspirator atau seorang idealis Soekarno
dapat menunjukkan prestasinya melalui rumusan Pancasila yang menjadi dasar
negara hingga sekarang disamping pemikiran-pemikiran yang lain seperti
Marhaenisme, kemandirian untuk hidup di atas kaki sendiri, nasionalisme
persatuan di atas perbedaan yang ada di dalam negara dan satu idealisme yang
kontroversial mengenai konsep NASAKOM (Nasionalis, Agama dan Komunis) demi
tercapainya persatuan bangsa mencapai eksistensinya di dalam mempertahankan
kemerdekaan. Sebagai pemimpin yang idealis, Soekarno tidak mudah terpengaruh
dengan keadaan bangsa ketika dihadapkan pada situasi yang sedang gawat.Beliau
tetap berada untuk berada di atas prinsipnya sendiri dan menghindari campur
tangan asing.Idealis seperti ini tercermin dengan seringnya pergantian sistem
pemerintahan demi mengatasi masalah di dalam keadaan yang berbeda-beda.Bahkan
idealismenya terlihat agak otoriter karena harus memaksakan keputusannya dalam
mengatasi krisis dengan dekrit presiden, dan mengangkat dirinya menjadi
presiden seumur hidup misalnya.
Pada masa
perjuangan menegakkan kedaulatan bangsa, Soekarno layak disebut sebagai simbol
perjuangan karena pada saat itu beliau mampu tampil sebagai diplomat dan orator
yang mampu mengobarkan semangat perjuangan rakyat.Keberanian beliau terlihat
ketika menyuarakan secara berapi-api tentang revolusi nasional, anti
neokolonialisme dan imperialisme. Dan juga kepercayaannya terhadap kekuatan
massa, kekuatan rakyat. Beliau adalah seorang pemimpin yang rendah hati
disamping sebagai seorang pemberani. Sifat ini dapat dilihat dari dalam
karyanya ‘Menggali Api Pancasila’. Beliau berkata “Aku ini bukan apa-apa kalau
tanpa rakyat.Aku besar karena rakyat, aku berjuang karena rakyat dan aku
penyambung lidah rakyat,” Maka pantas apabila beliau dijadikan simbol
perjuangan rakyat karena ketulusannya demi dan untuk rakyatnya.
Pada
akhirnya, Soekarno tetaplah manusia biasa yang tidak terlepas dari kesalahaan
yang harus beliau bayar dengan melepaskan jabatannya sebagi Presiden Republik
Indonesia yang pertama. Pada akhir jabatannya beliau dianggap
bersalah dengan terjadinya tragedi G
30 S PKI yang mengakibatkan beliau harus menjadi kambing hitam (as scapegoat)
atas terjadinya peristiwa itu dan harus turun tahta dari pemimpin bangsa setelah
beliau berhasil mengawalinya.