Jumat, 29 Mei 2015

Kesehatan Mental



Hubungan antara Kesehatan Mental dengan Social Support
Menurut Bastman, kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan  dirinya dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketakwaan, serta bertujuan umtuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia.
Kesehatan mental merupakan peremasalahan yang selalu menarik perhatian masyarakat. Perubahan gaya hidup menyebabkan perubahan nilai yang ada dalam masyarakat. Salah stu perubahan paling nyata terletak pada kebebasan yang ada pada tiap-tiap individu. Kebebasan yang dimaksud adalah keleluasaan individu bertindak tanpa  lagi memegang norma yang berlaku. Berita-berita tentang peningkatan jumlah pengguna narkoba pada remaja, peningkatan jumlah pasien rumah sakit jiwa dan sebagainya tidak dapat di abaikan. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan mental adalah kebermaknaan hidup.
Kebermaknaan hidup adalah penhayatan individu terhadap keberadaan dirinya, memuat hal-hal yang dianggap penting, dirasaan berharga dan dapat memberi arti khusus yang menjadi jutuan hidup sehingga membuat individu menjadi berarti dan berharga. Salah satu cara untuk mencapai kebermaknaan hidup adalah dengan nilai bersikap, yaitu cara individu menghadapi keberanian dalam mengahadapi penderitaan serta bagaimana individu member makna pada pederitaan yang dihadapi.
Menurut Frankl ada tiga komponen kebermaknaan hidup yaitu :
1.      Kebebasan berkehendak 
2.      Kehendak hidup bermakna 
3.      Makna hidup 
Menurut Crumbaugh dan Maholich aspek kebermakanaan hidup terdiri dari : 
1.      Tujuan hidup 
2.      Kepuasan hidup 
3.      Kebebasan memilih 
4.      Gairah hidup 
5.      Tanggungjawab


Selain kebermaknaan hidup, faktor yang diasumsikan berhubungan dengan kesehatan mental adalah dukungan social keluarga. Dukungan social adalah suatu hubungan interpersoanal dimana individu memberikan bantuan kepada individu lain dan bantuan yang diberikan berupa partisipasi, emansipasi, motivasi, penyediaan informasi, dan penghargaan atau pun penilaian pada terhadap individu. Dukungan social keluarga merupakan variable lingkungan yang diasumsukan memiliki hubungan positif dengan kesehatan mental.
Dukungan social sebagai suatu bentuk transaksi antar pribadi yang melibatkan :
  1. Perhatian emmosional
  2. Bantuan instrumental
  3. Bantuan informasi
  4. Penilaian
Gelaja keseimbangan tidaknya mental manusia digerakkan oleh proses interaksi manusia dengan lingkungan sekitar beragam dampak mengenai diri manusia sehingga menimbulkan bermacam ketidak seimbangan. Karena itu, makna kesehatan mental/jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan memperhatikan semua segi-segi dalam penghidupan manusia, dan dalam hubungannya dengan manusia lain.
Dalam kehidupan sosial, beragam wujud perilaku yang bisa diamati kemudian dapat diinterpretasikan, diidentifikasikan, dikategorikan atau diklarifikasikan; mana-nama yang disimpulkan sebagai bentuk jiwa yang sehat meskipun orangnya secara klinis perlu perawatan medis (sakit fisik) dan jiwa yang sakit walaupun secara kasat mata orang sehat wal-afiat. Hal ini berorientasi pada kondisi manusia dalam perkembangannya yang mengalami berbagai persoalan yang harus diatasi dan diperjuangkan untuk hidupnya. Bila suatu persoalan belum dapat dipecahkan akan menjadi tekanan bagi jiwanya, bahkan mengganggu keseimbangan mentalnya. Jikalau mendapat pemecahan masalah yang sehat, maka akan membawa keseimbangan mental kembali, tanpa tekanan dan memberi kepuasan baginya. Namun, andaikata tidak memperoleh proses penyelesaian yang sehat, akan menjadi gangguan yang berlarut bagi keseimbangan mentalnya, bahkan menjadi kesukaran dalam proses kehidupannya.


Daftar Pustaka
Seminum, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kanisius.
Bukhori, Baidin. 2012. Hubunga Kebermaknaan Hidup dan Dukungan Sosial Keluarga dengan Kesehatan Mentan Narapidana. Semarang. Vol. 4, No 1.
Herdiyanto, Arief Pratama. Surjaningrum, Endang Retno. 2014. Hubungan antara Dukungan Sosial dan Self Esteem pada Remaja Penyalahgunaan Zat yang sedang dalam Masa Rehabilitasi. Surabaya. Vol 2, No 1.

Kesehatan Mental



Fenomena Depresi
Depresi adalah suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi. Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat ini, yang mendapatkan perhatian serius. Orang yang mengalami depresi umumnya mengalami gangguan yang meliputi keadaan emosi, motivasi, fungsional, dan tingkah laku serta kognisi bercirikan ketidak berdayaan yang berlebihan (Kaplan, Sadock, & Grebb, 1997; Nevid, Rathus, & Greene, 2005; Lubis, 2009). Gejala depresi antara lain :
  • Merasa sedih
  • Perubahan pola makan
  • Perubahan pola tidur
  • Sulit berkonsentrsdi dan membuat keputusan
  • Mudah marah dan kesal
  • Kehilangan Semangat
  • Merasa tidak berharga
  • Merasa kekurangan
  • Mengalami keluhan-keluhan fisik yang tidak bisa di ungkapkan secara medis
  • Merasa putus asa
Penyebab suatu kondisi depresi meliputi
  • Faktor organobiologis karena ketidakseimbangan neurotransmiter di otak terutama serotonin
  • Faktor psikologis karena tekanan beban psikis, dampak pembelajaran perilaku terhadap suatu situasi sosial
  • Faktor sosio-lingkungan misalnya karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, paska bencana, dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya
Orang yang mengalami depresi akan memunculkan emosi-emosi yang negatif seperti rasa sedih, benci, iri, putus asa, kecemasan, ketakutan, dendam dan memiliki rasa bersalah yang dapat disertai dengan berbagai gejala fisik.
Untuk mengatasinya diperlukan terapi yang dapat mengatasi tekanan yang dihadapi individu yang depresi yang dapat menurunkan gejala depresi sekaligus dapat menumbuhkan hal-hal yang positif dalam kehidupannya. Berikut adalah beberapa cara mengatasi depresi selain dari bantuan spesialis, yaitu :
1.         Menerima diri anda 
2.         Menerima kelemahan anda
3.         Kenali pikiran-pikiran serta perasaan negative
4.         Berusaha bangkit dari permasalahan
5.         Melakukan refresing
Penelitian terdahulu dalam mengatasi depresi menggunakan pendekatan agama, pendekatan farmakologi, menggunakan psikoterapi; seperti CBT, konseling, dan rawatan primer. Depresi peringkat sedang sampai depresi berat mungkin memerlukan obat dan menggabungkan pendekatan psikoterapi.
Depresi pada prinsipnya dapat dipulihkan secara efektif tidak hanya dengan mengurangi gejala negatif dan menurunkan tingkatan depresi, tetapi juga dengan membangun emosi positif, kekuatan karakter, dan makna. Positive Psychotherapykemungkinan akan dapat menetralkan gejala negatif dan dapat memperkuat karakter individu (Seligman, Steen, Park, & Peterson,2005; Seligman, Rashid, & Parks, 2006; Snyder, & Lopez, 2007). Berbagai hasil penelitian tentang efek Positive Psychotherapy terhadap perubahan emosi dan perilaku individu telah banyak dipublikasikan. Penelitian yang dilakukan Fredrickson & Branigan (2005) menunjukkan bahwa emosi positif dapat meniadakan pengaruh emosi negatif yang merusak dan dapat meningkatkan resiliensi diri individu.



Daftar Pustaka
Fox-Spencer, Rebecca. Prof. Young, Allan. 2010. Mengenali, Mengatasi, dan Mengantisipasi Depresi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lubis, Namora Lumongga. 2009. Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta: Prenada Media Group.
Nilasari, Swesty. 2013. Positive Psychoterapy untuk menurunkan tingkat depresi. Malang, Jawa Timur. Vol 2, No 179-189.

Mindtools

APLIKASI PSIKOLOGI KOGNITIF SAINS dalam TI  A.       Mindtools 1.          Definisi Mindtools Mindtools adalah alat bantu belajar ...