PSIKOLOGI MANAJEMEN
KEPEMIMPINAN
KELOMPOK
KENANGA :
3PA02
Mita Sahara (15513516)
PritaSaraswati (16513935)
Rani SeptiyanUtami (17513288)
Ria Indah Ristianti (17513549)
Tia Oktaviani (18513881)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan kemampuan
mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkahlaku
bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang
yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
1.2 Rumusan Masalah
1. Menjelaskan definisi
kepemimpinan
2. Menjelaskan macam-macam
teori kepemimpinan partisipatif
1.3 Tujuan
Agar
pembaca dapat mengetahui dan memahami apa itu pengertian kepemimpinan dan mengetahui
macam-macam teori kepemimpnan.
BAB I I
PEMBAHASAN
1.
Definisi
leadreship
Menurut
Hampil kepemimpinan adalah langkah pertama yang hasilnya barupa pola interaksi kelompok
yang konsisten dan bertujuan menyelesaikan problem-problem yang saling terkait.
Menurut
Stogdill kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka
perumusan dan pencapaian tujuan.
MenurutYukl
(2005) kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi dan
membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi efektivitas dan keberhasilan
suatu organisasi.
Menurut
Nawawi dan Hadari (2006) adalah kepemimpinan adalah kemampuan atau kecerdasan
yang mendorong sejumlah orang agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan
yang terarah pada tujuan bersama.
Menurut
Suyanto (2009) adalah kepemimpinan yaitu penggunaan keterampilan seseorang dalam
mempengaruhi orang lain.
2. Teori
kepemimpinan Partisipatif
A. Teori
X dan Y
Salah
satu model perilaku kepemimpinan adalah teori X dan Y yang di kemukakan oleh Dougles
McGregor. Teori ini didasarkan pada berbagai asumsi tentang para karyawan dan bagaimana
memotivasi mereka. Berbagai asumsi yang mendasari Teori X dan Y adalah :
X
|
Y
|
Karyawan
tidak suka (malas) bekerja, kalau mungkin menghindarinya
|
Karyawan
suka bekerja
|
Karyawan
selalu ingin diarahkan
|
Karyawan
yang memiliki komitmen pada tujuan organisasi akan dapat mengarahkan dan mengendalikan
dirinya sendiri,
|
Pimpinan
harus selalu mengawasi kerja
|
Karyawan
belajar untuk menerimabahkan mencari tanggung jawab pada saat bekerja
|
Asumsi
yang dikembangkan dalam teori X pada dasarnya cenderung negative dan gaya kepemimpinan
yang diterapkan dalam suatu organisasi adalah gaya kepemimpinan petunjuk (directive leadership style). Gaya kepemimpinan petunjuk sangatlah tepat
diterapkan pada karyawan yang cenderung pasif, malas bekerja, tidak kreatif dan
inovatif.
Sementara
dalam Teori Y pada dasarnya cenderung positif dan gaya kepemimpinan yang
diterapkan adalah gaya kepeimpinan partisipatif (partisipative leadership style).
Adalah tentang sistem cara yang paling ideal untuk
membangung sebuah organisasi, yaitu dengan cara seorang ketua menanyakan kepada
seluruh anggotanya tentang rencana-rencana/ ide-ide apa yang ingin dilakukan,
setelah seluruh ide/ide atau rencana-rencana sudah terkumpul ke tualah yang
secara formal untuk mengambil keputusan. Dan disitulah akan terjalin/terjadinya
suatu komunikasi yang intens terhadap ketua dan seluruh anggota ke dalam segara
arah, maka setiap individu yang terlibat didalam kelompok tersubut akan
memiliki rasa tanggung jawab kepada pekerjaan yang ditanganinya. Dan untuk
memotivasi dan untuk memberikan semangat kepada anggota kelompoknya, ketua
kelompok akan memberikan hadiah kepada para anggotanya tidak hanya berupa
ekonomi tetapi juga berupa kesepakatan yang telah ditentukan bersama.
C. Teori Of Leadership Pattern Choice
dari Tannenbaum dan Schmidt
Ada tujuh “pola kepemimpinan yang
diidentifikasi oleh Tannenbaum dan Schmidt. Pola kepemimpinan ditandai dengan angka-angka
di bagian bawah diagram ini mirip dengan gaya kepemimpinan, tetapi definisi dari
masing-masing terkait dengan proses pengambilan keputusan. Demokrasi (hubungan berorientasi)
pola kepemimpinan yang ditandai oleh penggunaan wewenang oleh bawahan. Otoriter
(tugas berorientasi) pola kepemimpinan yang ditandai oleh penggunaan wewenang oleh
pemimpin. Perhatikan bahwa sebagai penggunaan kekuasaan oleh bawahan meningkat
(gaya demokratis) penggunaan wewenang oleh pemimpin berkurang secara proporsional.
1. Kepemimpinan Pola 1: “Pemimpin izin bawahan
berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan oleh superior.” Contoh: Pemimpin memungkinkan
anggota tim untuk memutuskan kapan dan seberapa sering untuk bertemu.
2. Kepemimpinan Pola 2: “Pemimpin mendefinisikan
batas-batas, dan meminta kelompok untuk membuat keputusan.” Contoh: Pemimpin mengatakan
bahwa anggota tim harus memenuhi setidaknya sekali seminggu, tetapi tim bisa memutuskan
mana hari adalah yang terbaik.
3. Kepemimpinan Pola 3: “Pemimpin menyajikan
masalah, mendapat kelompok menunjukkan, maka pemimpin membuat keputusan.”
Contoh: Pemimpin meminta tim untuk menyarankan hari-hari baik untuk bertemu,
maka pemimpin memutuskan hari apa tim akan bertemu.
4. Kepemimpinan Pola 4: “Pemimpin tentative
menyajikan keputusan untuk kelompok. Keputusan dapat berubah oleh kelompok.”
Contoh: Pemimpin kelompok bertanya apakah hari Rabu akan menjadi hari yang baik
untuk bertemu. Tim menyarankan hari-hari lain yang mungkin lebih baik.
5. Kepemimpinan Pola 5: “Pemimpin menyajikan
ide-ide dan mengundang pertanyaan.” Contoh: Pemimpin tim mengatakan bahwa ia sedang
mempertimbangkan membuat hari Rabu untuk pertemuan tim. Pemimpin kemudian meminta
kelompok jika mereka memiliki pertanyaan.
6. Kepemimpinan Pola 6: “Para pemimpin membuat
keputusan kemudian meyakinkan kelompok bahwa keputusan yang benar.” Contoh:
Pemimpin mengatakan kepada anggota tim bahwa mereka akan bertemu pada hari Rabu.
Pemimpin kemudian meyakinkan anggota tim bahwa Rabu adalah hari-hari terbaik untuk
bertemu.
7. KepemimpinanPola 7: “Para pemimpin membuat
keputusan dan mengumumkan ke grup.” Contoh: Pemimpin memutuskan bahwa tim akan bertemu
pada hari Rabu apakah mereka suka atau tidak, dan mengatakan bahwa berita itu kepada
tim.
D. Modern choice approach to participation
Teori kepemimpinan model Vroom dan Yetton ini merupakan
salah satu teori kontingensi. Teori kepemimpinan Vroom dan Yetton disebut juga
teori Normatif, karena mengarah kepada pemberian suatu rekomendasi tentana gaya
kepemimpinan yang sebaiknya digunakan dalam situasi tertentu. Vroom danYetton
memberikan beberapa gaya kepemimpinan yang layak untuk setiap situasi.
Berikut ini saya akan memberikan subuah contoh pemimpin
yang menggunakan gaya atau model teori dari Vroom dan Yetton. Misalnya adalah
suatu pemerintahan di dalam masyarakat,dimana di dalam masyarakat ada ketua RT
yang bertugas mimimpin wilayah didaerah nya dan ada masyarakat sebagai anggota
nya. Ketika menemui suatu persolan atau permasalahan maka ketua RT akan
mengumpulkan warga nya yang berperan sebagai anggota untuk ikut berkumpul dan
mencari pemecahan masalah bersama-sama. Ketua RT akan menyampaikan permasalahan
dan meminta saran pemecahan kepada masyarrakatnya.Semua saran dari anggota di
tampung dan dievaluasi serta pemimpin dan para anggotanya bersama-sama mencari
alternatif pemecahan masalahnya. Semua alternative di evaluasi untuk mencapai
tujuan bersama dan untuk mencapai solusi terbaik untuk menyelesaikan persoalan.
Seorang ketua RT tidak mempengaruhi anggota masyarakat untuk mengikuti saran
darinya. Seorang ketua RT akan mengikuti saran alternatif pemecahan masalah
yang menurut para anggota nya adalah adalah alternatif yang paling baik.
Seorang ketua RT akan menerima saran pemecahan dan akan melaksanakan pemecahan
yang di dukung oleh seluruh anggota.
Menurut teori Vroom dan Yetton seorang ketua RT
menggunakan gaya kepemimpinan G-II,dimana gaya kepemimpinan ini memiliki
ciri-ciri :
Pemimpin memberitahukan persoalan kepada bawahan sebagai
satu kelompok.bersama-sama mereka ,pemimpin menghasilkan dan menilai berbagai
alternativepemecahan masalah dan berusaha untuk mencapai suatu kesetujuan atau
konsensus mengenai satu pemecahan. Peran pemimimpin mirip seorang ketua.
Pemimpin tidak mencoba untuk mempengaruhi kelompok untuk menerima pemecahan.
Pemempin bersedia untuk menerima dan melaksanakan setiap pemecahan yang
didukung oleh seluruh anggota kelompok.
E. Teori kepemimpinan dari konsep
contingency theory of leadership dari Fiedler
Pakar lain yang juga mengembangkan teori
kepemimpinan kontingensi adalah Fiedler (1967) dan Vroom – Yetton (1973).
Fiedler (Dunford, 1995;Sweeney dan McFarlin, 2002) mengukur gaya kepemimpinan berbasis
tanggapan pemimpin terhadap karakter pekerjanya, yang dikenal dengan pengukuran
skala Least Prefered Co-worker (LPC). LPC digunakan untuk mengetahui
keyakinan pemimpin bahwa apa yang diharapkan, akan benar-benar dapat terjadi,
karena memiliki pengendalian situasi (situational control). Pengendalian situasi
ditentukan oleh tiga factor yakni: (1) hubungan pemimpin-bawahan, (2) struktur tugas,
dan (3) kedudukan kekuasaan. Sehingga gaya kepemimpinan yang efektif bervariasi
sejalan dengan derajat pengendalian terhadap situasi. Adapun model Vroom–Yetton
berusaha menggambarkan pendekatan kepemimpinan yang memadai untuk mengambil keputusan
dalam beragams ituasi, sehingga muncul kepemimpinan autocratic, consultative,
dan group decision making.
F.
Teori
Kepemimpinan dari konsep Path goal theory
Path-goal theory (teori jalan-tujuan)
merupakan teori yang mengemukakan bahwa merupakan tugas pemimpin untuk membantu
para pengikut dalam mencapai tujuan-tujuan mereka dan untuk member pengarahan
yang dibutuhkan dan/ dukungan untuk memastikan bahwa tujuan-tujuan mereka selaras
dengan tujuan umum kelompok atau organisasi.
Inti dari teori jalan-tujuan (path-goal theory) adalah bahwa merupakan tugas pemimpin
untuk memberikan informasi, dukungan atau sumber-sumber daya lain yang
dibutuhkan kepada para pengikut agar mereka bisa mencapai berbagai tujuan mereka.
Istilah jalan-tujuan berasal dari keyakinan bahwa para pemimpin yang efektif semestinya
bisa menunjukkan jalan guna membantu pengikut-pengikut mereka mendapatkan hal-hal
yang mereka butuhkan demi pencapaian tujuan kerja dan mempermudah perjalanan serta
menghilangkan berbagai rintangannya.
Daftar Pustaka
Ismainar, Hetty. (2015). Manajemen Unit Kerja: Untuk Perekam Medis dan Informatika Kesehatan Ilmu.
Yogyakarta: Deepublish.
Rumanti, Maria Assumpta. (2002). Dasar-dasar public relations teoridanpraktik.
Jakarta: Grasindo.
Lumpe, M. P. (2008). Leadership and organization in the aviation industry.Ashgate: USA.
Purwanto,
D. (2006). KomunikasiBisnis: Edisiketiga.
Jakarta: Erlangga.
Bender, Peter Urs. (2001).
Leadership From Within. Toronto: Stoddart Publishing Co. Limited.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar